yanikom.net - Seiring perkembangan teknologi informasi memudahkan kita dalam
mentranformasikan informasi ke khalayak dunia, kondisi ini seolah menghipnotis seluruh
sektor kehidupan dan memberi warna beda di setiap detiknya.
Internet, ya satu kata inilah yang memberikan berjuta
kemudahan dan menghapus jarak serta ruang dan waktu hingga tak jarang banyak
yang keasyikan di dunia maya. Ini sebuah tantangan yang cukup besar dalam dunia
pendidikan, terlebih jika dalam lembaga-lembaga pendidikan yang para
pendidiknya golongan lama alias Guru konvensional yang tak mau mengupdate
kemampuan di bidang ini. Tentu akan sangat jauh tertinggal oleh informasi yang
diketahui oleh anak didik kita.
Sudah membudaya dikalangan peserta didik dalam obrolan setiap
hari yang di bahas bagaimana statusmu hari ini? Saling olok-olok antar peserta didik tak
jarang terjadi di media social, Bagaimana jika kita tidak ada diantara mereka,
tentu akan sangat kesulitan dalam mengontrol perkembangan kepribadian anak didik.
Kendali akan pemanfaatan internet akan sangat kesulitan karena
kita tidak ada disana. Beda jika kita berada ditengah-tengah mereka pasti akan
ada kontrol bagi mereka. Status yang kurang perlu akan sangat terkurangi untuk
menjadikan media sosial sebagai media pembelajaran yang mengasikkan dan mampu
menghapus jenuh kala tugas menumpuk.
Ini masalahnya masih banyak diantara kita (para guru) yang
masih kurang peduli dengan ini masih banyak yang bilang "saya tidak bisa internet
apalagi facebookan, tweetter, instagram “ lalu bagaimana cara kita bisa
mengontrol/mengawasi anak didik kita
jika kita sendiri tidak bisa menggunakan?
Pepatah “dikandang macan kita harus mengaum, kalau
dikandang kambing kita harus mengembek” artinya “kalau kita ingin tahu apa yang
dilakukan oleh anak didik kita dalam menggunakan media social kita juga harus
menggunakan media social, bukan untuk ikut dalam warna tapi bagaimana kita bisa
menciptakan warna yang berbeda untuk bisa memanfaatkan media social dengan
cerdas". (www.yanikom.net)
0 komentar:
Posting Komentar